Praktikum ini kita mempelajari sifat pertumbuhan mikroorganisme dari masing-masing jenis. Caranya adalah dengan memisahkan mikroorganisme satu dengan yang lainnya. Adapun metode-metode yang digunakan adalah dengan metode tuang dan metode gores dan cara pengenceran. Metode tuang dilakukaan dengan cara mengambil sedikti sampel campuran bakteri yang mudah diencerkan, dan sampel ini kemudian di sebar di dalam suatu medium.
metode gores mempunyai dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum sekali dilakukan adalah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik- baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjafi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel- sel yang digores.
Selanjutnya adalah dengan pengenceran. Pengenceran dilakukan dengan mensuspensikan sampel yang diperoleh dari makanan-makanan sekitar kampus, di antaranya air mineral, martabak mini, kupat tahu, ale-ale.
pengenceran masing-masing sampel dilakukan pada air destilat sampai 10-4 pada sampel dengan pengenceran 10-3 dan 10-4 dituangkan ke dalam cawan petri yang berbeda dengan menggunakan metode agar tuang dan memakai pipet ukur yang berbeda sebanyak 1 mL. Penggunaan pipet ukur yang berbeda dengan tujuan agar pengenceran tidak saling tercampur atau terkontaminasi satu sama lain. Pada metode agar gores, diambil sample dari pengenceran 10-4 dengan menggunakan kawat ose dan digoreskan di atas mediun PDA dengan metode gores yang berbeda, yakni kuadran dan radian. Pada metode gores langsung, diambil sample dari pengenceran 10-3 dengan menggunakan kawat ose dan digoreskan secara langsung di permukaan medium NA. Tujuan darpada pengenceran adalah untuk memperluas bidang hidup sampel sehingga memudahkan pada saat perhitungan mikroorganisme. Sampel hanya disuspensi pada pengenceran 10-3 dan 10-4 karena apabila dilakukan pensuspensian pada pengenceran rendah mikroorganisme menjadi sangat banyak dan sulit untuk dilakukan perhitungan.
Pada praktikum ini juga dilakukan perhitungan mikroorganisme dengan menggunakan metode Standard Plate Count (SPC).
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30-300.
2. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan kumpulan koloni yang besar, dimana jumlah koloni diragukan dapat dihitung sebagai satu koloni.
3. Satu deretan rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung satu koloni.
Dalam SPC ditentukan cara pelaporan dan perhitungan koloni sebagai berikut :
1. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka yaitu angka pertama (satuan) dan angka kedua (decimal). Jika angka yang ketiga sama dengan atau lebih besar dari 5, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua. Sebagai contoh, 1,7 x 107 unit koloni/ ml atau 2,0 x 106 unit koloni/gr.
2. Jika pada semua pengenceran dihasilkan kurang dari 30 koloni pada cawan petri, berarti pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi. Oleh karena itu, jumlah koloni pada pengenceran yang terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan di dalam tanda kurang
3. Jika pada semua pengenceran dihasilkan lebih dari 300 koloni pada cawan petri, berarti pengenceran yang dilakukan terlalu rendah. Oleh karena itu, jumlah koloni pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 300 dikalikan dengan factor pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan di dalam tanda kurung.
4. Jika pada cawan dari dua tingkat pengenceran dihasilkan koloni dengan jumlah antara 30 dan 300, dan perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran tersebut lebih kecil atau sama dengan dua, dilaporkan rata-rata dari kedua nilai tersebut dengan memperhitungkan factor pengencerannya. Jika perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah lebih besar dari 2, yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil.
5. Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, data yang diambil harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu. Oleh karena itu, harus dipilih tingkat pengenceran yang menghasilkan kedua cawan duplo dengan koloni diantara 30 dan 300.
Berikut adalah pembahasan dari masing-masing sampel :
1. Air mineral
Setelah dilakukan pengenceran, pada sample dengan pengenceran 10-3 dan 10-4 dituangkan ke dalam cawan petri yang berbeda dengan menggunakan metode agar tuang dan memakai pipet ukur yang berbeda sebanyak 1 mL. Pengamatan dilakukan setelah semua sample diinkubasi selama 2 hari. setelah diinkubasikan tidak ditemukan sama sekali pertumbuhan mikroorganisme. . Hal ini kemungkinan terjadi karena kesalahan prasedur praktikum. Kemungkinan kesalahan tersebut dapat berupa kondisi ketika melakukan pensuspensian terlalu steril, Bunsen terlalu panas atau pengerjaan sangat dekat ke Bunsen sehingga mikroorganisme pada sampel mati. Padahal setidaknya air mineral tersebut pasti mengandung mikroorganisme. Jadi praktikum pada air mineral ini dikatakan gagal.
2. Martabak
Sama halnya seperti perlakuan pada air mineral, demikian juga pada martabak. Setelah diinkubaskan selama 2 hari ditemukan koloni-koloni mikroorganisme pada martabak.
Berikut rinciannya :
Bobot sampel : 1,0838 gr
Pengenceran 10-3 | Pengenceran 10-4 | langsung |
99 koloni | 22 koloni | 13 koloni |
104
Jumlah koloni = 9,9 x 104 unit koloni/ml
3. Kupat tahu
Kupat tahu disuspensikan ke dalam medium NA dan PDA. Setelah diinkubasikan selama 2 hari ditemukan koloni-koloni mikroorganisme pada medium. Pada media PDA, dilakukan metode gores. Metode gores ini dilakukan dengan bentuk yang berbeda-beda, ada metode langsung, metode kuadran, dan metode radian.
Berikut rinciannya :
Medium NA | Medium PDA | |||
Pengenceran 10-3 | Pengenceran 10-4 | Lansung | Radian | Gores |
212 | 120 | 42 khamir | 42kapang 12 khamir | 8 khamir 1 kapang |
105
106
Jumlah koloni mikroorganisme pada dua tingkat pengenceran ada pada rentang 30-300. Maka berlaku aturan SPC nomor 4 yang mengatakan bahwa jika perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran tersebut lebih kecil atau sama dengan dua, dilaporkan rata-rata dari kedua nilai tersebut dengan memperhitungkan factor pengencerannya. Jika perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah lebih besar dari 2, yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil.
= 5, 67 > 2
Jadi yang dilaporkan adalah hasil yang terkecil yaitu 105 koloni/ ml.
4. Minuman ‘ale-ale’
Sama seperti perlakuan pada air mineral, martabak, dan kupat tahu demiian juga pada minuman ale-ale. Setelah dilakukan inkubasi selama 2 hari ditemukan pertumbuhan koloni microorganisme pada pengenceran 10-3 sebanyak 6 koloni, pada pengenceran 10-4 tidak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme. Sedangkan pada metode gores radian ditemukan pertumbuhan khamir sebanyak satu koloni.
Karena koloni yang tumbuh pada kedua pengencerean kurang dari 30 maka yang dihitung adalah koloni pada pengenceran terendah.
3
Jadi jumlah mikroorganisme adalah 6,0 x 103 .
B. PEMELIHARAAN KULTUR CAIR DAN PADAT
Pada pemeliharaan kultur cair digunakan Laktose Broth Steril karena sesuai dengan jenisnya yang merupakan medium dalam wujud cair. Sedangkan pada kultur padat digunakan medium NA karena sesuai dengan wujudnya yang padat. Pada percobaan ini sample air mineral tidak termasuk, karena percobaan pada air mineral tersebut telah dinyatakan gagal dimana tidak ditemukan pertumbuhan koloni mikroorganisme pada medium yang diinkubasikan selama dua hari.
1. Martabak
Percobaan sampel martabak dilakukan oleh dua kelompok. Pada sampel martabak yang diinokulasikan oleh kelompok 8 dalam medium cair Laktose Broth Steril ditemukan perubahan inderawi pada medium dimana terbentuk sedimentasi. Ini menunjukkan bahwa mikroorganisme pada sampel martabak yang diinokulasikan ke dalam medium cair mengalami pertumbuhan walaupun tidak ditemukan perubahan warna pada medium cair tersebut. Adapun bentuk yang pertumbuhan mikroorganisme tersebut adalah pelikel dengan cirri-ciri tebal, pertumbuhan yang membentuk blok di permukaan medium. Pada medium padat yaitu pada metode agar miring, ditemukan pertumbuhan mikroorganisme berbentuk Rhizoid dengan ciri-ciri pertumbuhan menyebar seperti akar tetapi warna medium tidak berubah. Pada metode agar tegak juga tidak terjadi perubahan warna medium tetapi ditemukan pertumbuhan mikroorganisme berbentuk arboresen dengan ciri-ciri pertumbuhan seperti pohon dan memiliki cabang-cabang.
Sampel martabak yang diinokulasikan oleh kelompok 5 dalam medium cair Laktose Broth Steril juga terbentuk sedimentasi tetapi terjadi perubahan warna medium cair menjadi lebih keruh. Bentuk mikroorganisme yang tumbuh adalah membrane Flokulen dengan ciri-ciri agregat yang mudah terbelah yang tersebar di seluruh medium. Pada medium padat dengan metode agar miring juga terjadi perubahan warna medium padat menjadi lebih keruh dan bentuk mikrooganisme yang tumbuh adalah filliform dengan ciri-ciri Sinambung/continues dan pertumbuhan seperti benang dengan tepian yang rata. Pada metode agar tegak juga terjadi perubahan warna medium menjadi lebih keruh dan bentuk mikroorganisme yang tumbuh adalah beaded dengan ciri-ciri Nonconfluent (tidak sinambung) hingga semiconfluent.
Hasil pengamatan pada sampel martabak yang diperoleh masing-masing kelompok berbeda dalam hal bentuk pertumbuhan mikroorganisme maupun adanya perubahan warna medium. Hal ini kemungkinan terjadi karena pelaksanaan praktikum tidak sesuai dengan prosedur praktikum dan juga kelalaian masing-masing personil kelompok.
2. kupat tahu
pada sampel kupat tahu yang diinokulasikan dalam medium cair Laktose Broth Steril terjadi perubahan warna menjadi lebih keruh tetapi tidak ditemukan endapan dan sampel yang awalnya di atas jatuh ke dasar medium karena tersengol ketika melakukan inokulasi. Walaupun terjadi kesalahan teknis pada saat melakukan praktikum tetapi ditemukan pertumbuhan pada medium cair. Adapun bentuk pertumbuhan mikroorganisme pada medium lebih condong ke membrane dengan ciri-ciri berbentuk bulat biasa dan terlihat seperti sedikit berisi.
Sampel kupat tahu yang diinokulasikan pada medium padat NA dengan metode agar tegak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme berbentuk beadad dengan cirri-ciri Nonconfluent (tidak sinambung) hingga semiconfluent dan terjadi perubahan warna medium menjadi kuning pudar.
Pada metode agar miring juga ditemukan pertumbuhan mikroorganisme. Bentuk daripada mikroorganisme tersebut adalah efus dengan cirri-ciri Tipis, dan pertumbuhannya menyebar. Demikian juga terjadi perubahan warna pada medium menjadi kuning pucat.
Perubahan warna yang terjadi pada masing-masing medium tersebut kemungkinan besar terjadi Karena aktivitas mikrooganisme dalam medium tersebut ataupun juga bisa disebabkan oleh kesalahan prasedur ketika melakukan praktikum dimana medium terkontaminasi zat lain.
3. minuman ale-ale
pada pemeliharaan kultur cair ditemukan endapan berupa sedimentasi dan pada medium juga terjadi perubahan warna menjadi lebih keruh tetapi tidak ditemukan pertumbuhan membrane. Ini kemungkanan disebabkan oleh pertumbuhan koloni mikrooganisme tidak berjalan dengan baik dimana pada isolasi bakteri, kapang, khamir jumlah mikroorganisme pada ale-ale terbilang sangat sedikit.
Pada medium padat dengan metode agar miring warna medium setelah diinkubasi selama 2 hari menjadi kuning pucat. Bentuk pertumbuhan mikroorganisme adalah efus dengan ciri-ciri Tipis, dan pertumbuhan menyebar. Pada metode agar tegak tidak terjadi perubahan warna tetapi ditemukan pertumbuhan mikroorganisme. Perubahan warna pada medium ini menandakan bahwa terjadi aktivitas mikroorganisme dalam medium. Bentuk dari mikroorganisme tersebut adalah filiform dengan ciri-ciri Sinambung/continues, pertumbuhan seperti benang dengan tepian yang rata
KESIMPULAN
· makanan sehari-hari yang kita konsumsi mempunyai kemungkinan besar terkontaminasi oleh mikroorganisme yang disebabkan oleh tingkat kehigienisan nya yang rendah.
· Jenis mikroorganisme yang tumbuh pada masing-masing jenis medium berbeda tergantung dari spesifikasi medium tersebut.
· Hal-hal yang mempengaruhi bentuk koloni pada medium agar cair dan agar miring adalah perbedaan teknik penggoresan, kemungkinan terkena kontaminasi dari udara, dan pemindahan tanpa keadaan yang kurang aseptis, sehingga berbagai macam kontaminasi dari peralatan hingga udara sekitar.
· Perubahan warna pada pemeliharaan kultur cair dan padat menandakan bahwa terjadi aktivitas mikroorgainisme pada medium tersebut.
· Kesulitan utama yang dihadapi pada proses pemeliharaan adalah adanya kontaminasi terhadap pertumbuhan bakteri yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Organisme Jilid 1. Bandung : CV. Yrama Widya.
Sukarminah Een, Deby Sumanti, dan In-In Hanidah. 2010. Mikrobiologi Pangan..Jurusan Teknologi Industri Pangan.Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Universitas Padjajaran.
Fardiaz, Srikandi.1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Anonim. 2009. Stuktur bakteri. Avaliable at: http://id.wikipedia.org.diakses 13 maret 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar